Sepenggal sore menjelang petang, bersua ia yang terang-terangan menyaru rembulan. Tentu saja di kaki langit sebelah barat, bersiap terbenam. Ia yang pada hari-hari lampau  selalu memamerkan cahaya menyilaukan, sore itu meredup tapi tetap menawan.

Seolah tahu ada anak manusia yang hendak menghabiskan sorenya di tempat terbuka. Padahal si anak manusia itu tak pernah bermasalah dengan benderang  sinarnya, yang selalu memancar. Terkadang justru sengaja menantangnya, hingga kulit melegam.

Ah! Ia menyamar sang candra memang tak bertujuan membuat sore itu lindap. Melainkan ingin membuat takjub siapa pun yang menyadari perubahannya, termasuk si anak manusia. Benar saja, lewat pemotret di gawai ada yang diam-diam mengabadikan ia yang sesungguhnya sang surya, sebelum menghilang di batas cakrawala.

Lantas, matahari sendu dalam sepotong senja yang dipetik si anak manusia, akan dipersembahkan kepada siapakah? Semata-mata untuk dirinya, sebagai kenangan.

***

*Foto: Kompleks Kamandungan Yogyakarta, 14.11.2024


Shalluvia. 2010-2024 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.