Pariwisata Jogja sudah menggeliat dan bangkit kembali, setelah lebih dari dua tahun dipaksa "tidur" oleh pandemi. Semenjak enam bulan lalu, pemandangan bus-bus pariwisata dari luar kota turut memadati jalan-jalan protokol di Jogja. Penginapan-penginapan pun mulai ramai lagi. Bahkan, meski tarifnya lebih tinggi pada akhir pekan atau tanggal merah, orang-orang tetap rela membayar demi bisa liburan di Jogja dengan nyaman.
Tak jarang wisatawan dari luar kota datang berombongan bersama keluarga atau teman-teman. Biasanya, mereka lebih memilih menginap di dalam satu lokasi. Kalau bujet tak terbatas, tak masalah menginap di hotel. Namun, manakala anggaran terbatas, atau mungkin sengaja berhemat, atau mungkin juga ingin lebih akrab dengan tinggal dalam satu rumah, menyewa homestay ataupun villa merupakan sebuah solusi.
Hey, bukankah menyewa villa malah bisa lebih mahal ketimbang hotel. Lantas, kalau homestay, biasanya sekadar rumah sewa dengan fasilitas terbatas, yang terpenting bisa untuk singgah. Apa serunya? Baca dulu tulisanku ini sampai selesai, sebelum menyimpulkan hal-hal tersebut. ✌🏼
Tak Hanya Nyaman, Fasilitasnya pun Lengkap
Pekan lalu, aku diajak Mimin hotelicius.com untuk staycation bersama teman-teman bloger lainnya. Kami berjumlah sembilan orang. Tempat yang dipilih adalah sebuah homestay bernama Casa Callisto. Namanya terasa beraroma sangat Spanyol, bikin aku langsung mengiyakan.
Setiba di lokasi, aku mendapati bangunan yang megah dengan pilar-pilar yang besar. Entah, kalau dalam arsitektur bangunan tersebut bergaya apa. Baru melihat dari luar, sudah berani berharap kalau fasilitasnya pasti mewah juga. Ini, sih, bukan homestay, melainkan villa.
Megah, seperti rumah dalam sinetron
Begitu memasuki rumah, langsung disambut ruang tamu dengan nuansa hangat. Tak terlalu banyak barang, sehingga enak dipandang mata. Terdapat satu set meja-kursi dengan kaki-kakinya yang berukir. Ada juga sebuah lemari mepet ke dinding, yang sekaligus berfungsi sebagai meja. Di atasnya terdapat beberapa pajangan, salah satunya patung loro blonyo yang melambangkan kemakmuran serta kesuburan, dan cermin besar berbingkai warna perak yang terpasang pada dinding.
Dari ruang tamunya sudah bisa disimpulkan rumah ini nyaman
Sembari menunggu kedatangan teman yang lain, aku duduk di ruang tamu bersama satu teman yang sudah datang lebih dulu serta pengurus homestay. Kami saling berbincang. Dari perbincangan tersebut, didapatkan informasi kalau ternyata homestay yang pemiliknya sama dengan Hotel Agung Mas di sekitar Wirobrajan tersebut sudah beroperasi lebih dari 10 tahun.
Setiap sudut bisa buat narsis
Meski tak bergabung dalam aplikasi-aplikasi untuk booking penginapan, tapi selalu ada saja tamu yang menginap. Entah sekadar sehari, atau bahkan hingga sebulan. Pada Ramadan besok sudah ada rombongan tamu dari Prancis yang akan menginap selama tiga minggu. Saat Lebaran pun, sudah ada keluarga yang mem-booking.
Tak berapa lama kemudian, aku dan dua teman yang datang setelahku mulai mengeksplorasi rumah. Casa Callisto ini memiliki tiga bangunan atau rumah yang bisa disewa, tetapi yang benar-benar disewakan hanya dua rumah yang memiliki desain sama. Satu rumah lagi, berada di paling ujung dalam, terkadang masih dihuni pemiliknya, jadi tak selalu bisa disewa. Setiap rumah memiliki dua lantai dan bisa ditempati oleh 10 hingga 14 orang. Sebenarnya, lebih banyak pun bisa, tetapi ada biaya tambahan untuk per orang.
Rumah yang kami tempati adalah bangunan pertama dari pintu gerbang. Memiliki dua kamar di lantai pertama, dan tiga kamar di lantai kedua, totalnya ada lima kamar. Kamar utama memiliki kamar mandi dalam yang dilengkapi dengan bathub. Sementara kamar-kamar lainnya menggunakan kamar mandi bersama yang tersedia masing-masing satu pada tiap lantai.
Sebuah kamar di lantai pertama
Di lantai satu, selain ruang tamu dan dua kamar tidur, juga terdapat ruang makan yang jadi satu dengan dapur, tetapi dipisahkan oleh sebuah lemari yang didesain sedemikian rupa sehingga mirip semacam mini bar tanpa kursi. Ketika menaiki tangga, ada yang menarik perhatianku, yaitu pada dinding di sisi tangga terdapat pajangan-pajangan berisi tulisan petuah berbahasa Jawa.
Aku memilih kamar di lantai dua yang memiliki lima tempat tidur. Kamar yang kupilih merupakan kamar paling besar. Dalam kamar ini memiliki dua pintu yang bisa dibuka dan langsung terhubung ke balkon untuk menghirup udara segar. Dua kamar lainnya di lantai atas memiliki sebuah ranjang bertipe queen size yang bisa untuk dua orang.
Unik! Namanya Beraroma Spanyol, tetapi Desainnya Memadukan Jawa Klasik dan Modern Minimalis
Setelah memilih kamar, aku beralih ke ruang keluarga yang tergolong luas dan bersih. Sekali melihat, langsung terasa nyamannya. Lagi-lagi, tak banyak furnitur yang ada. Yang paling mencolok adalah sebuah karpet lebar yang menghampar di lantai. Seolah memanggil untuk gegoleran di atasnya sembari menikmati semilir angin dari balkon di sampingnya.
Terasa banget nyamannya
Sebuah TV berada di atas meja kayu berukuran panjang yang bagian bawahnya penuh ukiran. Pada tembok belakangnya terpasang hiasan ala gebyok Jawa, dan di kanan-kirinya potongan sampur bermotif klasik yang terpampang dalam pigura. Kemudian, di seberangnya ada sebuah amben kayu atau balai-balai yang dilengkapi kasur dan bantal-bantal untuk bersantai sambil menonton TV.
Dua buah kaca benggala atau cermin besar dengan bingkai warna emas penuh ukiran yang terpajang pada dinding, kian menambah nuansa Jawa dalam ruangan modern tersebut.
Simbol yin & yang nampak pada kaca patri di sebelah kanan-kiri pintu
Homestay ini memang unik. Meski namanya berbahasa Spanyol, tapi desain interiornya memadukan Jawa klasik dan modern minimalis. Bahkan ada sisipan Tionghoa-nya, tergambar pada beberapa kaca patri yang ada di kamar tidur juga ruang keluarga, berupa simbol yin & yang.
Fasilitas Kolam Renang Membuat Homestay Ini Terasa Mewah
Tak terasa, sore pun menjelang. Sudah ada enam orang yang berada di homestay, dan kemudian disusul satu teman lagi yang tiba. Kami memutuskan menikmati hari itu dengan duduk-duduk santai di pinggiran kolam renang, sambil ngobrol apa pun.
Nongkrong sore
Kolam renangnya tak terlalu luas, dengan desain yang tak simetris terbagi menjadi dua, kolam untuk anak dan dewasa. Di pinggiran kolam ada deretan kursi melingkar, dan di pinggir seberangnya terdapat kursi malas yang terlindung dari pepohonan, aman duduk di kursi tersebut meski cuaca sedang panas.
Masih satu kompleks dengan kolam renang, sebuah taman luas penuh rerumputan membuat mataku berbinar. Ada susunan batu yang berfungsi sebagai jalan setapak.
Besok pagi wajib jalan-jalan dan berjemur di sini, nih. Batinku
Azan magrib menjadi penanda bagi kami untuk segera masuk kembali ke rumah. Bersamaan dengan waktu makan malam, akhirnya dua teman terakhir pun datang juga.
Kebersamaan di Malam Hari yang Mustahil Didapatkan Jika Menginap di Hotel
Saat makan malam, nuansa kebersamaannya sangat terasa, bebas berlama-lama pula untuk melanjutkannya dengan obrolan hingga tengah malam. Sebuah hal yang jarang bisa didapatkan jika staycation di hotel.
Malam semakin larut ketika teman-teman memutuskan beristirahat, aku dan dua teman malah memilih nonton bareng film horor. Tentu saja lampu di ruangan wajib dimatikan, agar menambah keseruan. Sesekali kami menjerit atau menutup wajah dengan bantal karena adegan jumpscare dalam film. Kaget, tapi seru dan menyenangkan.
Movie time tengah malam
Oh iya, di homestay ini terdapat dua Smart Android TV. Selain berada di ruang keluarga, juga ada di ruang makan. Kalau kamu gemar nonton series atau film, staycation beramai-ramai di sini cocok banget. Rebahan seharian pun tak bakal bikin bosan. Ada lebih dari 40 channel yang bisa kamu pilih. Kalau mau browsing internet atau scrolling media sosial, Wi-Fi di sini pun sangat mendukung, dengan koneksinya yang lancar jaya.
Staycation Kurang Lengkap Tanpa Menikmati Pagi di Sekitar Penginapan
Keesokan paginya, aku dan dua teman sekamar yang pada malam harinya berencana untuk bangun pagi kemudian yoga di taman, faktanya kami baru beranjak dari kamar sekitar jam 06.00 lebih. Mager karena terlalu nyaman berada di dalam kamar.
Sebelum benar-benar turun ke taman, kami memilih duduk di balkon untuk berjemur sesaat. Posisi balkon berada sangat tepat dengan arah datangnya sinar matahari pagi.
Kami pun melanjutkan berjemur di taman. Saat berjalan di taman, kami memilih bertelanjang kaki agar bisa merasakan basahnya rerumputan di atas tanah yang berhiaskan embun pagi. Percaya tak percaya, hal tersebut bisa membuat tubuh menjadi lebih rileks dan nyaman.
Menyapa mentari pagi dengan berjemur
Kami kembali ke dalam rumah bersamaan dengan waktu sarapan tiba. Beberapa teman sudah nampak rapi setelah mandi. Sungguh pemandangan yang kontras dengan aku beserta teman-teman yang baru kembali dari taman. Namun, hal tersebut bukan menjadi penghalang untuk menikmati sarapan bersama. Mau sudah mandi atau belum, pokoknya sama-sama sudah menggosok gigi. Hehehe.
Meski di homestay ini tersedia dapur yang lengkap dengan kompor serta alat-alat untuk memasak sederhana, setiap pagi tetap disediakan sarapan. Porsinya lumayan banyak untuk ukuran makan pagi. Bahkan, siangnya sebelum check-out, kami makan lagi untuk menghabiskannya.
Ruang makan dan dapur bersebelahan
Selepas sarapan, kami melanjutkan kegiatan masing-masing. Ada yang meneruskan bermalas-malasan, ada yang mandi, dan tentu saja menonton TV. Kapan lagi bisa menikmati weekday dengan bersantai di homestay rasa villa. Saking nyamannya berada di sini, kami memutuskan untuk check-out di waktu paling akhir, yaitu jam 12.00 siang.
Lokasi Strategis di Tengah Kota, Suasana Aman & Tenang, Tarif Terjangkau
Kok bisa ada homestay dengan fasilitas ala villa yang mewah, tapi harganya murah? Pasti lokasinya di pinggiran yang jauh dari kota. Salah besar! Casa Callisto justru berada di tengah Kota Jogja, tepatnya di Kemantren Tegalrejo.
Lokasinya yang dekat dengan jalan utama membuat aksesnya mudah. Kalau dari kawasan Malioboro, tak butuh waktu lebih dari 10 menit. Selain itu, di sekitar homestay juga banyak penjual bermacam kuliner serta restoran-restoran besar, supermarket pun bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Kurang apa lagi coba, menginap atau staycation di sini?
Soal keamanan, tak perlu khawatir. Walaupun di tengah kota, Casa Callisto berada di lingkungan yang tenang dan terjamin keamanan sekitarnya. Di dalam kompleks penginapan pun ada petugas yang berjaga 24 jam, dan CCTV yang memantau kondisi sekitar rumah.
Informasi tambahan, di setiap rumah terdapat garasi. Kalau masih kurang karena membawa mobil lebih dari satu, bisa menggunakan tempat parkir outdoor yang berdekatan dengan kolam renang.
Foto bersama sebelum check-out
Seperti yang kusebutkan di atas, tarifnya memang tergolong murah untuk sebuah homestay dengan fasilitas lengkap seperti Casa Callisto. Pada hari biasa atau weekday, tarif yang diberlakukan adalah 2 juta s.d. 2,2 juta per malam. Pada waktu-waktu tertentu, ada promo dengan harga yang jauh lebih hemat.
Reservasi atau ingin mengetahui lebih detail tarifnya, silakan cek di situs yogyes.com. Bisa juga langsung menghubungi WhatsApp yang tercantum pada Instagram-nya.
Bagi kamu yang berencana liburan ke Jogja beramai-ramai bersama keluarga atau bestie, dan sedang bingung mencari rekomendasi tempat menginap berfasilitas lengkap dengan kapasitas banyak orang, tetapi harga tetap terjangkau, Casa Callisto bisa menjadi pilihan terbaik!
Pagi ini, ketika semua foto dan video yang tersimpan di handphone terhapus, rasanya ingin menangis. Namun, aku tak dapat melakukannya. Entah. Rasa kecewa sangat ada, apalagi selama ini tak pernah melakukan backup data. Lantas, mulai menyusuri memori dalam kepala, untuk menggali kenangan lampau. Telah ke mana saja selama ini, telah melakukan apa saja sebelum segala dokumentasinya hilang.
Benar-benar terhapus semua? Iya, semuanya yang diambil menggunakan kamera handphone. Beruntungnya, ada beberapa foto yang sudah diedit menggunakan aplikasi, jadi tetap tersimpan di foldernya. Tak banyak, tapi cukup untuk membuat bersyukur. Begitulah, tipikal orang Jawa, masih ada yang bisa disyukuri dari sebuah kemalangan.
Sebuah foto yang masih tersimpan dalam folder "kamera", karena terbawa dari handphone lama
Banyak yang sudah masuk rencana akan diunggah di berbagai media sosial, terutama Instagram dan TikTok. Selama ini sengaja tak langsung diunggah, karena memang tim latepost. Nyatanya, rencanatinggal rencana. Ibu jari serta indera penglihat terkadang enggan bekerja sama, sehingga mengacaukan apa yang telah disusun. Ingin menghapus folder apa, ehh... yang tercentang malah folder lainnya. Meski tanpa sengaja, yang patut disalahkan memang diri sendiri. Mengapa harus terburu-buru dan tak cek ulang sebelum menekan "hapus".
Serius, rasanya ingin menangis sekencangnya. Apa daya, semenjak kehilangan terbesar dalam hidup pada 2013 lalu, setelahnya tak bisa merespons secara berlebihan kehilangan yang "tak ada apa-apanya" dibandingkan kehilangan kala itu. Kini, yang kulakukan hanya menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya perlahan, seperti yang diajarkan Tresnany. Sembari berusaha menenangkan, juga menyemangati diri sendiri. Yang lalu, biarlah berlalu.
Aku percaya, sekecil apa pun, sebuah kehilangan terjadi karena ada alasannya. Memang tak akan terganti, tetapi pasti ada hal indah lain yang datang menghampiri, dan menetap di hati. Dokumentasi boleh terhapus dari ruang penyimpanan, semoga apa yang pernah kulalui dan terdokumentasikan tersebut tetap lekat tersimpan dalam ingatan.
Mari buat kenangan baru untuk memenuhi memori di handphone lagi, Sha!
Penyuka hujan, tetapi lebih sering berbinar karena langit biru. Kadang jalan-jalan, kadang menonton film/serial, kadang membaca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.
Ia mencandu aroma yang menguar melalui rintik-rintik hujan jatuh membasahi tanah berdebu, serta bermimpi sepasang kakinya bisa mengecup Andalusia.
Apabila ada pertanyaan atau penawaran kerja sama, silakan kirim melalui surel di mesha.christina@gmail.com.