Still 17, Drama Penuh Kebaikan yang Menghangatkan Hati
Kala ingin menonton drakor, tapi bingung memilih judul, biasanya aku menentukan apa yang akan ditonton secara random, berdasarkan siapa pemainnya.
Beberapa waktu lalu, sempat tak bisa move-on dari drama Mr. Queen yang diperankan Shin Hye-sun. Setelah mengikuti drama tersebut, terpikat pada aktingnya, kemudian penasaran dengan drama-drama Hye-sun yang lain. Lantas, pilihan pun jatuh kepada Still 17 atau yang memiliki judul lain Thirty But Seventeen.
Ngefans sama geng ini (dok. SBS) |
Oh iya, mau disclaimer dulu, kalau tulisan ini bukanlah sebuah review. Hanya unek-unek yang kurasakan setelah menamatkannya.
Sudah menontonnya lebih dari setahun lalu, tapi kesan setelahnya masih terus terbawa hingga sekarang. Rasanya ikut bahagia banget di ending cerita. Sebenarnya, menonton drama ini lumayan banyak meweknya. Bukan karena menyedihkan, melainkan mengharukan yang bikin hati menghangat. Drama Korea ke sekian yang menurutku underrated. Walaupun secara alur, memang sangat klise dan terlalu banyak kebetulan yang terjadi.
Lebih menyenangkan lagi, di drama yang rilis pada 2018 lalu ini tidak ada tokoh antagonisnya. Tokoh-tokohnya memiliki kerapuhan hati, tapi pada dasarnya berenergi positif dengan cara masing-masing, meskipun ada tokoh yang sempat membuat sebal, masih bisa dimaklumi, lah. Ini memang tipe drama yang cocok untuk healing. Ceritanya ringan, tak butuh banyak berpikir saat menonton.
Dalam drama ini, ada beberapa tokoh yang (ternyata) saling terhubung di masa lalu. Pada masa kini, memiliki hubungan baik tanpa saling mengetahui masa lalu mereka. Meski menghabiskan sebagian besar waktu mereka di rumah yang sama dan memiliki hubungan baik, tak pernah sedikit pun mereka ingin saling mengubah satu sama lain. Namun, kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan, tanpa disadari malah akhirnya menjadi pemicu perubahan masing-masing tokoh. Berubah menjadi lebih baik tentunya.
Jadi teringat, dulu saat perceraian seorang selebgram kondang menjadi trending di Twitter, aku membaca sebuah komentar dari netijen yang intinya menyatakan,
Ketika memutuskan menikah atau menjalin hubungan, jangan bertujuan untuk mengubah tabiat pasangan, pun jangan berharap akan diubah olehnya.
Menurutku, memang tak seharusnya kita memiliki tujuan untuk mengubah seseorang ketika menjalin hubungan. Entah hubungan pertemanan, hubungan romantis, atau hubungan apa pun itu. Kita hanya perlu selalu berbuat baik. Jika kemudian kebaikan yang kita lakukan bisa membuka pikiran orang lain, dan pelan-pelan membuatnya memiliki value hidup yang lebih positif, itu merupakan sebuah bonus.
Kalau kata bapakku, "Ojo leren dadi wong apik."
***