Medpresso Coffee Garden, Kafe Baru di Jogja Bernuansa Kebun yang Menyejukkan Jiwa
Bukan penggemar kopi bukan alasan bagiku untuk jelajah dari satu kafe ke kafe lainnya, meski tak bisa disebut sering alias kadang-kadang saja. Biasanya, kafe yang menarik perhatianku, memiliki konsep tempat yang unik, bernuansa kuno, atau ada tamannya. Dan, minggu lalu, pilihanku jatuh pada sebuah kafe berlokasi di sekitar Gejayan yang notabene berdekatan dengan beberapa kampus besar di Jogja. Ialah Medpresso Coffee Garden yang saat pertama kali mendengar namanya, seolah familiar. Benar saja, sewaktu menengok Instaramnya, rupanya kafe ini merupakan project lain dari Media Pressindo Grup, salah satu penerbit besar di Jogja.
Konsep Kebun yang Beda - Edukatif, Natural dan Ramah Lingkungan
Sesuai dengan namanya yang mengandung garden, kafe berusia baru
sebulan ini jelas mengusung konsep taman atau kebun sebagai desain
tempatnya. Banyak kafe di Jogja yang bertema serupa, lantas apa bedanya
Medpresso? Istimewanya adalah, kalau kafe lain biasanya menciptakan spot
hijau untuk memperindah suasana, di Medpresso justru sebaliknya. Para
penggagas kafe menyulap kebun di halaman depan kantor penerbit menjadi
sebuah kafe, tanpa menghilangkan pohon-pohon yang ada, seperti pohon
rambutan, pohon kelengkeng, dan bahkan pohon cabai pun ada. Bisa
dibayangkan, ya, gimana rindang dan syahdunya suasana di Medpresso,
apalagi saat semilir angin membelai lembut pipi. Duhh...
area indoor dilihat dari area outdoor (dok. pribadi) |
asyiknya ngobrol di bawah pohon (dok. pribadi) |
Selain area outdoor yang super lapang, ada juga area yang di dalam ruangan, meski tak begitu luas. Nah, yang menjadikan kafe ini semakin istimewa adalah adanya book corner yang berisi buku-buku berbagai genre, dari sastra hingga novel-novel populer, dan hampir semuanya bagus serta recommended. Aku pernah menjumpai beberapa kafe yang memiliki book corner juga, tapi koleksi bukunya tidak selengkap Medpresso, dan semacam asal menyediakan saja, tanpa riset bacaan apa yang digemari pengunjung.
pilih sendiri buku favoritmu.. kalau ada yang masih tersegel, buka saja (dok. pribadi) |
area kekuasaan barista (dok. pribadi) |
yeay! sudah pakai bamboo straw (dok. ig @medpressocoffee) |
Medpresso ini niat sekali mengusung nuansa natural atau alamiah, dibuktikan dengan cara penyajian menu-menunya, terutama untuk makanannya yang menggunakan piring atau mangkuk kayu. Saat aku ke sana, penggunaan sedotan masih berupa plastik, dan waktu itu rasanya ingin memberi saran, sedotannya pakai bambu saja, agar lebih matching dan terkesan natural serta ramah lingkungan sesuai dengan konsep yang diusung, tapi aku sungkan. Syukurnya, pihak manajemen pun pasti sudah memikirkan hal tersebut, jadilah kalau kamu ke sana sekarang, tak ada lagi sedotan plastik, berganti dengan sedotan bambu yang selain nampak alami juga memberi nuansa klasik.
Menu Beragam dengan Harga Bersahabat
Meski bernama coffee garden, menu yang disediakan di kafe ini tak melulu kopi. Malahan, minuman bukan kopinya lebih banyak macamnya dibanding yang coffee based. Mas Irwan Bajang selaku manajer kafe mengakui bahwa varian menu kopi di Medpresso masih tergolong standar, seperti long black, americano, esspresso, machiato, dan sebagainya. Namun, ke depannya akan menyediakan menu kopi dari penjuru nusantara.
sepertinya, ini satu-satunya menu kopi yang kemarin dipesan (dok. pribadi) |
Untuk minuman bukan kopi, ada pilihan teh, aneka macam turunan cokelat dan susu yang bisa disajikan panas atau dingin (blended), serta berbagai minuman fruit based seperti juice, squash, mojito. Kebetulan yang kupesan kemarin adalah charcoal choco, alasannya karena penasaran dengan minuman yang menambahkan arang aktif sebagai campuran cokelatnya. Bukan rahasia lagi, ya, kalau arang aktif atau charcoal ini sedang ngehits banget dan diklaim memiliki berbagai macam manfaat untuk kesehatan. Rasanya? Enak, kok... cokelatnya nggak eneg dan nggak ada sensasi pahit dari arangnya. Yakalii...
asli segarnya, penampilan nggak bohong... medpresso red cookies, charcoal choco, medpresso mojito yakult, lime squash (dok. pribadi) |
duhh, jadi pengen jus mangga... (dok. pribadi) |
Saat menulis ini, aku iseng mengintip Instagram Medpresso lagi, dan tebak apa yang kujumpai? Mereka punya menu baru yang nampaknya seger banget, yaitu lychee grass lemonade. Kan, jadi pengin ke sana lagi. Entah mengapa, menurutku di Medpresso yang menarik malah menu minuman selain kopi. Hasil menyicip dari milik teman-teman, semuanya enak, segar, dan penampakannya itu, lho... harus cek ke Instagramnya di @medpressocoffee untuk tahu penampakannya yang menggoda.
ini, nih, menu terbaru medpresso... siapa yang nggak tergoda? (dok. ig @medpressocoffee) |
Kurang lengkap kalau nongkrong di kafe tapi nggak sambil ngemil. Medpresso tahu banget tentang hal itu, makanya disediakan juga menu snack seperti french fries, potato wedges, dan pisang goreng yang semuanya recommended, terutama pisang gorengnya―fotonya malah lupa disalin ke laptop, jadi nggak ikut nampang di sini. Bagi yang suka ngemil tapi menghindari camilan berupa gorengan, bisa banget pesan tropical fruit salad yang warnanya cantik overload. Kelaparan? Jangan khawatir juga, karena Medpresso pun menyediakan makanan berat, meski masih sebatas rice bowl.
french fries di mana-mana enak, kok.. (dok. pribadi) |
cantiknyaaa... (dok. pribadi) |
horeee... penuntas lapar, datang (dok. pribadi) |
daftar menu beserta harganya di medpresso (dok. pribadi) |
Sudah tahu menu-menunya, pasti penasaran dengan harganya juga, kan? Untuk ukuran kafe dengan suasana yang menyejukkan jiwa, harga yang dibandrol tergolong murah, yaitu di kisaran 12ribu hingga 30ribu saja.
Suasana Nyaman nan Syahdu Menjadikan Pikiran Segar dan Menciptakan Banyak Ide
Dua tahun terakhir ini, keberadaan coffee shop atau kafe sedang bertumbuh subur bak jamur pada musim hujan di Jogja. Dalam satu ruas jalan saja bisa ada tiga hingga lima kafe, masing-masing menawarkan keunikan tersendiri, entah dari menu yang dihidangkan ataupun konsep desain yang diusung. Sebagai orang Jogja, aku suka-suka saja dengan banyaknya kafe yang identik sebagai tempat nongkrong, karena semakin banyak pilihan bagi mereka yang gemar atau butuh tempat semacam ini. Iya, keberadaan kafe saat ini memang sudah menjadi kebutuhan berbagai kalangan. Sekilas mungkin terlihat tak berguna, menghabiskan waktu berjam-jam di kafe dengan laptop di depan mata atau berbincang dengan sekelompok orang. Padahal, sebenarnya mereka bekerja dengan cara seperti itu. Kalaupun mereka memang sekadar mengobrol ngalor-ngidul, ya, biarkan saja. Toh nggak perlu juga, menilai apa yang dilakukan orang lain.
numpang (pura-pura) baca... (dok. pribadi) |
Seiring berkembangnya zaman di era digital ini, semakin berkembang pula jenis pekerjaan yang berhubungan dengan industri kreatif seperti penyair, aktor, musisi, penulis buku, bahkan hingga blogger dan pelaku startup digital. Selain menyediakan tempat nongkrong untuk para muda-mudi, Medpresso juga membuka ruangnya untuk para pelaku industri kreatif yang biasanya bisa bekerja di mana saja, dan saat sedang mencari ide, seringnya mereka berdiam diri di kafe nyaman atau di working space untuk memunculkan ide-ide segar.
kurang nyaman apa, coba? (dok. pribadi) |
Dalam satu minggu ini, aku sudah dua kali ke Medpresso, saking sukanya pada suasana di sana. Pada kesempatan kedua, kebetulan cuaca sedang mendung tak menentu, sebentar hujan-sebentar cerah, dan akhirnya ditutup hujan semalaman. Aku dan teman-temanku awalnya memilih deretan kursi di outdoor, tapi saat mendadak hujan, langsung berlarian menuju ruangan, hal sama dilakukan pengunjung lain yang petang itu lumayan ramai. Jadilah suasana di dalam riuh, namun tetap syahdu dengan caranya masing-masing. Ada yang asyik membaca buku, keukeuh berpandangan dengan laptop, bercengkerama dengan pacar, atau seperti kami yang ngobrol sembari memandangi hujan di balik kaca.
suasana outdoor di malam hari, sebelum hujan (dok. pribadi) |
Sekadar info, meski baru buka beberapa minggu dan bahkan belum melakukan launching, Medpresso sudah mewadahi bermacam komunitas untuk menggelar workshop atau acara sejenis, lho. Di waktu mendatang, kegiatan-kegiatan semacam itu akan terus difasilitasi oleh Medpresso. Menurut Pak Indra, pemilik Medpresso Cofee Garden, ada rencana menjadikan Medpresso sebagai working space dengan menambah area indoor di halaman yang tak ditumbuhi pohon. Hal itu juga untuk mengantisipasi jika turun hujan, para pengunjung bisa berpindah ke dalam ruangan tetap dengan area yang lapang.
Lokasi dan Jam Operasional
Terletak di salah satu pusat kesibukan Jogja, Medpresso Coffee Garden beralamatkan di Jalan Cempaka Putih No. 8, Deresan CT X, Karang Gayam, Depok, Sleman. Jika masih bingung dengan lokasi persisnya, lebih baik menggunakan aplikasi peta untuk menuju ke sana. Kalau ke mana-mana terbiasa bareng Pak Ojol sepertiku, minta saja diantar sesuai map. Oh iya, gunakan lokasi Media Pressindo sebagai titik tujuanmu, ya.
kalau sudah melihat ini, berarti sudah sampai (dok. pribadi) |
Kafe ini buka setiap hari dari jam 09.00 sampai dengan 23.00 WIB. Namun, untuk menghindari barista dan kitchen crew yang masih melakukan persiapan, lebih amannya kalau ingin ke sana di waktu awal, sebaiknya mulai jam 10.00 saja. Biasanya, kafe lain memberlakukan last order satu jam sebelum tutup, di Medpresso lagi-lagi berbeda. Last order-nya, ya, jam 23.00 itu, setelahnya kamu boleh nongkrong sampai pagi. Sampai kafe buka lagi keesokan harinya juga boleh. Keamanannya dijamin, karena ada security yang berjaga 24 jam.
bonus... buat yang nggak percaya di sana ada pohon cabai (dok. pribadi) |
Tepat banget, nih, sudah mulai memasuki akhir pekan lagi. Para penjelajah kafe atau yang gemar nongkrong dari satu kafe ke kafe lain, boleh menjadikan Medpresso Coffee Garden sebagai jujugan selanjutnya. Temukan kesenangan-kesenangan yang membuatmu betah berlama-lama di sana.
***