Me vs Chocolate
sudah akur dengan cokelat... (dok. pribadi) |
Aku bukan pencinta cokelat, bahkan dulu sempat sangat memusuhi dan menghindarinya. Pada masa tersebut, bagiku cokelat itu jahat. Dalam riwayat kesehatanku, cokelat pernah menjadi salah satu makanan pencetus migrain, meski hanya sedikit mengonsumsinya.
Pernah suatu kali, makan keripik pisang cokelat khas Lampung yang membuat jari-jemari enggan berhenti menyomot dari kemasannya, hingga tanpa sadar aku menghabiskannya. Pikirku, ah, bukan cokelat dalam wujud asli, hanya ekstraknya saja, jadi nggak apa-apa. Ternyata, oh, ternyata... beberapa jam kemudian migrain tetap kumat.
Sebagai orang yang doyan makan apa saja, ada kalanya ingin juga menikmati cokelat, tapi terhalang rasa takut. Keadaan seperti itu berlangsung lumayan lama. Sampai kemudian aku bosan dengan kondisi tersebut. Dan, percaya-nggak-percaya, aku mencoba mengubah sugesti, bahwa makan cokelat tidak akan menyebabkan migrain kumat.
Alhamdulillah, setelahnya hingga kini kalau makan cokelat beserta turunannya, nggak menimbulkan migrain lagi, asalkan tahu diri saja alias secukupnya. Jadi, sekarang sudah berkawan dengan cokelat, dong, meski bukan karib.
My body hears everything my mind says. Stay positive!
***