Ah, Betapa Aku Merindukanmu!
Hari ini, tepat tiga tahun kepergianmu. Dan, semua tak lagi sama. Rumah
penuh kenangan yang kau tinggalkan untuk kami, telah sirna. Diratakan
dengan tanah. Tak pernah kukira, ada manusia setega itu dalam hidupku.
Namun, apa gunanya meratap? Rumah itu takkan kembali.
Tidak mewah, pun tidak luas, tetapi rumahmu menawarkan kehangatan. Meski
tak ada lagi wujudnya, segala kenangan yang pernah terjadi di sana akan
terus ada dalam sebuah ruangan di setiap hati kami.
Seringkali aku
lupa, ketika galau mendera, tanpa sadar ingin berlari menuju rumahmu
itu, seperti dulu. Untuk menjumpaimu tentu saja. Lantas, berbagi cerita
remeh-temeh bersamamu, diiringi lagu-lagu campursari atau sandiwara
Jawa dari radio kesayanganmu. Hingga akhirnya, ceriaku kembali.
Ah, betapa aku merindukanmu! Apa kabarmu di rumah yang baru? Aku begitu
yakin, kau jauh lebih damai dan tenteram di sana. Semoga.
***
Tertanda,
Cucumu yang rapuh