An Unexpected Journey
perjalanan tak terduga (lonelyreload.com) |
Bukan rahasia lagi kalau sejak akhir 2011 lalu aku sangat ingin menonton The Hobbit: An Unexpected Journey, padahal ketika itu filmnya baru akan dirilis setahun kemudian. Hahaha. Aku memang menaruh rasa penasaran yang besar pada film besutan Peter Jackson yang diadaptasi dari novel The Hobbit karya J.R.R Tolkien tersebut. Setelah sebelumnya tergila-gila pada trilogi The Lord of The Ring, aku merasa harus menonton prekuelnya juga yang justru diproduksi 11 tahun kemudian.
Saat akhir 2012 lalu film tersebut dirilis dan diputar di bioskop dengan masa yang lumayan lama, aku malah tak sempat menontonnya. Baru tadi malam akhirnya bisa menontonnya dari DVD bajakan yang dibeli di salah satu mal. Padahal belinya juga sudah sejak awal bulan lalu. Maaf, Om Peter, habis mau beli yang asli belum keluar, sih. :(
An Uxpected Journey merupakan bagian pertama dari trilogi yang akan dibuat―diikuti The Desolation of Smaug (2013) dan There and Back Again (2014). Jadi, sebelum menonton aku tahu kalau akan kembali dibuat penasaran karena di akhir film, cerita belum benar-benar berakhir. Oh iya, di sini aku tidak akan memberikan review ataupun spoiler. Lagipula, aku yakin pasti banyak yang sudah tahu kalau film ini menceritakan kisah petualangan seorang hobbit bernama Bilbo Baggins yang ikut bersama 13 dwarf dengan dipimpin oleh pemimpin legendaris mereka, Thorin Oakenshield, untuk merebut kembali Erebor, istana masa lalu mereka yang dipenuhi dengan perhiasan dan emas, namun dikuasai oleh seekor naga bernama Smaug.
Erebor terletak di sebuah gunung yang sunyi, dan perjalanan menuju ke sana tidaklah mudah. Bilbo dan ketiga belas dwarf yang diikuti juga oleh Gandalf sang penyihir harus menghadapi berbagai rintangan dan musuh seperti: Troll, Orc, Warg, Goblin, dan sebagainya. Pada film bagian pertama tersebut, kisah baru sampai pada adegan saat mereka terperangkap dalam gua Goblin, kemudian Bilbo bertemu dengan Gollum dan mendapatkan cincin misterius yang kelak akan menjadi sumber petualangan keponankannya, Frodo Baggins.
Sedikit pendapat tentang film ini, aku agak bertanya-tanya saat adegan para dwarf mendatangi rumah Bilbo, mereka satu-persatu membunyikan bel rumah. Bukannya di masa depan rumah tersebut masih diketuk dengan tangan, kok di masa lalu malah memiliki bel? Hehehe... mungkin juga sih kalau kelak bel tersebut sudah rusak, tapi tetap saja merasa aneh. Kemudian, kalau menurutku film ini masih kalah dibandingkan dengan LOTR, bukan berarti film ini tak menarik lho! Dari segi pemain, sebenarnya aku kurang sreg dengan akting Martin Freeman sebagai Bilbo muda. Dia memang cukup bagus memainkan perannya, hanya saja seharusnya dia bisa lebih jenaka. Seperti yang kita tahu, Bilbo merupakan sosok yang sangat jenaka, dan Martin Freeman dalam hal ini kurang bereksplorasi.
Terlepas dari itu semua, aku masih menyimpan rasa penasaran pada kelanjutannya. Itu berarti, aku harus sabar menunggu hingga akhir tahun 2013 ini. Fyuhh!
***