Mengenang Satu Abad Kanjeng Sultan
masa muda sultan HB IX |
Sebagai orang Jogja, sudah seharusnya tahu hari ini ada momen apa. Ya, hari ini (12/04) merupakan peringatan satu abad Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Raja yang paling dicintai oleh rakyat Yogyakarta. Aku memang tak mengenal secara langsung kiprah beliau semasa hidup, karena sampai beliau wafat pun aku masih berumur tiga tahun. Terlalu dini untuk memahami segala hal. Namun, aku mendengar banyak kisah tentang beliau dari banyak orang juga. Dan yang bisa kupahami dari kisah-kisah tersebut adalah Sultan Hamengku Buwono IX merupakan sosok pemimpin yang dekat dengan rakyatnya. Bahkan, aku seolah pernah mengenal beliau semasa hidupnya, karena itulah aku ingin sedikit berbagi hal untuk mengenangnya.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX dilahirkan pada 12 April 1912 dengan nama kecil Bendoro Raden Mas Dorodjatun. Ketika revolusi kemerdekaan sedang hangat-hangatnya, beliau naik ke tahta tertinggi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yaitu pada 18 Maret 1940. Selain sebagai pemimpin Yogyakarta, beliau juga sangat peduli terhadap nasib Indonesia saat itu. Bersama Sri Pakualam VII, beliau adalah dua penguasa lokal yang vokal menentang pendudukan Belanda dan mengorganisir perlawanan untuk mendorong kemerdekaan Indonesia. Mereka berdua juga lah penguasa lokal yang pertama kali mendeklarasikan bergabung dengan Republik Indonesia.
Ketika Ibukota RI sementara di Yogyakarta pada 4 Januari 1946 hingga 28 Desember 1949, peran beliau dalam menopang RI sangat lah penting. Beliau rela mengeluarkan dana pribadi untuk membiayai pemerintahan RI, dan keluarga Presiden serta para menteri selama ibukota di Yogyakarta. Sultan Hamengku Buwono IX juga merupakan inisiator dan konseptor Serangan Oemoem 1 Maret 1949 yang berdampak pada menguatnya dukungan internasional terhadap RI. Beliau pun pernah menggunakan hartanya untuk membayar gaji pegawai republik yang tidak mendapat gaji semenjak Agresi Militer ke-2.
Di masa penjajahan Jepang, kerja paksa romusha seolah merupakan hal yang lumrah di tanah air Indonesia, tetapi tidak bagi Sultan Hamengku Buwono IX. Beliau sangat tegas melarang pengiriman romusha dengan mengadakan proyek lokal saluran irigasi, yaitu Selokan Mataram yang masih berfungsi dan dapat dijumpai keberadaannya hingga sekarang.
Sebagai seorang raja, beliau sangat concern dalam hal budaya. Berbagai komposisi tari beliau ciptakan, salah satunya adalah tari Golek Menak. Gerakan tarian tersebut patah-patah menyerupai boneka kayu yang menari, ceritanya bersumber dari Serat Menak, yang berasal dari negeri 1001 malam. Selain tarian, beliau juga gemar berkreasi dengan aneka resep masakan. Kebiasaan memasak tersebut menjadi bagian dari hidup ketika beliau menuntut ilmu di negeri Belanda.
Walaupun saya telah mengenyam pendidikan barat yang sebenarnya, namun saya adalah tetap orang Jawa. Maka selama tak menghambat kemajuan, adat tetap menduduki tempat yang utama dalam Keraton yang kaya tradisi.
Walaupun bergelar raja, kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX terbilang sederhana. Jauh dari kemewahan dan selalu membaur dengan rakyat. Banyak kisah yang sangat membekas pada sanubari rakyatnya karena kedekatan dan kecintaan beliau. Sebagai salah satu contoh kedekatan beliau dengan rakyat ada dalam kisah berikut ini...
Suatu hari terjadi kehebohan luar biasa di depan Pasar Kranggan, pada tahun setelah Indonesia merdeka. Saat itu ada seorang wanita pedagang beras yang tiba-tiba pingsan. Wanita tersebut pingsan bukan tanpa sebab, karena sebelumnya, wanita itu menunggu kendaraan di tepi jalan. Lalu muncul lah jeep dari arah utara menuju selatan. Wanita itu menghentikan jeep merk Willys untuk ditumpangi, ia memang biasa menyetop kendaraan yang lewat dan membayar satu rupiah sekali jalan.
Setelah jeep berhenti, pedagang itu lalu menyuruh sopir membantu mengangkut karung-karung beras. Entah berapa karung beras yang diangkut, yang jelas sopir itu membantu dengan senang hati. Setibanya di Pasar Kranggan, si sopir membantu menurunkan karung berasnya. Saat si pedagang hendak memberikan upah, sopir menolaknya. Sontak wanita pedagang itu marah, karena mengira sopir meminta uang lebih, si sopir lalu pergi begitu saja. Belum selesai marah, ada seorang polisi yang mendekatinya dan memberi tahu siapa sopir tadi. Pedagang beras itu pingsan dengan sukses setelah mengetahui bahwa sopir tadi adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. *hihihi...*
Kisah di atas bisa disimak secara lengkap di sini. Selain kisah tersebut, tentunya masih banyak yang ingat tentang cerita yang belum lama ini beredar, yaitu saat beliau ditilang oleh seorang Polisi di Pekalongan. Kalau belum tahu, bisa diintip di sini. Mungkin masih ada kisah-kisah lain yang tak dapat dilupakan oleh mereka yang mengalami pengalaman berharga dengan sang raja. Karena kedekatannya dengan rakyat tersebut, ketika beliau wafat pada 2 Oktober 1988, Yogyakarta terdiam membisu. Hanya tangis dan air mata yang mengiringi kepergian beliau ke peristirahatan terakhir di makam raja-raja Mataram, Imogiri.
diambil ketika berkunjung ke museum keraton jogja |
Perlu diketahui juga, Sultan Hamengku Buwono IX adalah gubernur terlama yang menjabat di Indonesia (1945-1988) dan Raja Kasultanan Yogyakarta terlama (1940-1988). Beliau mungkin merupakan satu-satunya gubernur di RI yang mampu menguasai enam bahasa dunia. Selain itu beliau juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden (1973–1978) dan mendapat julukan sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Tanpa sadar, aku pun mengidolakan beliau seperti aku mengidolakan Bung Hatta dan Pak Habibie.
Akhirnya, aku hanya bisa berharap semoga kelak, akan ada pemimpin seperti beliau di negeri ini. Dan seperti yang disampaikan oleh salah satu putra beliau, G.B.P.H. Yudhaningrat, "Semoga beliau mendapat tempat di sisi Allah SWT."
***
mau ngucapin selamat aja deh
ReplyDeletehehe selamat apa nih?
DeleteMembaca beberapa postingan tentang jogja di blog ini, saya cuman bisa bilang "LUAR BIASA". Ibu saya orang Jogja, tapi saya lahir di Jakarta dan baru tinggal di Jogja waktu SMA. Begitu tinggal di Jogja, langsung jatuh cinta sama daerah ini, sistem ketatanegaraanya, pengabdian rakyat terhadap sultannya, suasananya, kesopananannya, dll.
ReplyDeletePostingan-postingan blog ini tentang Jogja, Sri Sultan, filosofi keraton, prajurit bregada keraton, dll semakin membuka mata saya akan kehebatan jogja. Terimakasih sudah berbagi, salam kenal dan salam istimewa :)
Senang bisa berbagi tentang Jogja, karena saya juga bangga sebagai warga Jogja. Terima kasih sudah berkunjung :)
ReplyDelete