Percikan: Tentang Mimpi
(Percakapan antara Gusni dan pelatihnya yang dikutip dari sebuah novel karya Donny Dhirgantoro, 2...)
taken from: justthesimplyme.blogspot.com |
Gusni menggeleng.
"Karena mimpi berada di alam bawah sadar manusia, selalu di sana, tidak akan ada mimpi yang berada di alam sadar, tidak ada di dunia nyata, kalaupun ada impian itu sudah menjadi kenyataan, sebelum menjadi kenyataan ia berada di alam bawah sadar. Ada, terus ada setiap hari bagi yang mengejarnya, tetapi tidak terlihat dalam bentuk fisik, tidak terlihat di dunia nyata. "
Gusni menatap Pak Pelatih bingung.
"Tidak ada mimpi di alam sadar, impian selalu berada di alam bawah sadar kamu, dan ketika kamu mulai bergerak bersama alam bawah sadar kamu untuk impian kamu, ketika kamu mulai bernafas bersama impian kamu, melangkah bersama impian kamu, melihat bersama impian kamu, ...kamu mulai menempatkan impian kamu di tempat yang seharurnya..."
...di alam bawah sadar kamu....Gusni memejamkan matanya, seperti pedang dan perisai, sesuatu mengalir di dalam tubuhnya, mengeras dan tiba-tiba diam di bawah kulitnya. Tanpa disadari tangan gemuk itu mengepal lebih keras lagi, merasakan darah mengalir menjalar keras siap untuk bergerak, tubuh yang sama, dari diri yang sama terlahir kembali.
"Dan bermimpi saja tidak akan pernah cukup. Dan sebuah impian memang seharusnya tidak perlu terlalu banyak dibicarakan," Pak Pelatih tersenyum, menghentikan langkahnya, menatap Gusni tajam.
"Tetapi diperjuangkan, Pak..."
Pak Pelatih mengangguk.
"Terima kasih, Pak, tiba-tiba saya harus lari lagi."
Senyum Gusni mengembang teduh, Pak Pelatih mengangguk beriring semangat dalam tatapannya untu Gusni sore itu.
Dan, laksana pedang dan perisai yang diam dan mengeras di bawah kulitmu, dari dalam diri ini kamu pun bermula lagi. Kamu pun tahu kalau kamu tidak akan bisa memutar kembali waktu untuk mengulangi semua hidup kamu dari awal, tetapi kamu pun tahu kalau kamu bisa terlahir kembali dan memulainya lagi dari sekarang, untuk akhir yang baru, akhir yang lebih indah―kamu terlahir kembali. Tanpa kamu berbicara lebih banyak lagi, kamu tahu di situlah awal dari perjuanganmu, karena bermimpi saja tidak akan pernah cukup, karena di situlah awal dari sebuah kenyataan.
Awal dari bagaimana kamu meninggalkan bukti di dunia nyata atas apa yang kamu impikan, atas apa yang kamu percayai, sebuah kenyataan, tempat kamu hidup dan berbuat, bukti di dunia nyata yang membuat kamu dan impianmu akan selalu dikenang.
Sebuah perbuatan, sebuah kenyataan yang melelahkan, sebuah kenyataan penuh tekad, tawa, peluh, air mata, dan luka. Sebuah kenyataan yang berbuat, sebuah kenyataan yang seringkali menyakitkan, sebuah kenyataan bernama kerja keras.