Happy Birthday to Our Hero
12 Agustus, 109 tahun lalu di sudut kota kecil bernama Bukittinggi, lahirlah sesosok makhluk mungil yang kelak menjadi orang hebat. Mohammad Athar―yang kemudian berganti menjadi Mohammad Hatta―begitulah namanya, atau sering dipanggil dengan sebutan Bung Hatta.
Siapa sih yang tak kenal beliau? Seorang proklamator, pejuang, negarawan, bapak bangsa, bapak koperasi dengan kesederhanaan dan kebersahajaan yang luar biasa. Dua hal menonjol itulah yang membuatku kagum pada beliau. Aku mengagumi Bung Hatta sejak kelas 2 SMP. Ketika itu tanpa aku sengaja menemukan sebuah buku, biografi Bung Hatta di perpustakaan sekolah. Tanpa pikir panjang, iseng kupinjam buku itu, dan ternyata isinya memang sangat menarik. Dari situlah aku mulai mengidolakan beliau, hingga detik ini.
Selain kesederhanaan dan kebersahajaannya, hal menarik lain dari seorang Bung Hatta di antaranya adalah...
# Sosoknya yang begitu deket dengan rakyat, bahkan sebelum meninggal beliau berpesan agar kelak jasadnya dimakamkan di tempat pemakaman umum, bukan di taman makam pahlawan. Dan akhirnya, beliau dimakamkan di TPU Tanah Kusir, di tengah-tengah rakyat.
# Bung Hatta pernah berujar, tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Namun ujaran tersebut dipegang teguh seperti sebuah janji. Alhasil, beliau melepas masa lajangnya saat sudah berusia 43 tahun―sesudah Indonesia mendapatkan kemerdekaannya―dan calon istrinya pun dicarikan oleh Bung Karno. Tanggal 18 November 1945 beliau menikah dengan ibu Rahmi Rachim yang usianya 24 tahun lebih muda.
# Seorang yang berwawasan terbuka, contohnya meski seorang Islam yang sangat teguh, Bung Hatta tak ragu-ragu memasukkan ketiga putrinya di sekolah swasta milik yayasan Katholik. Dengan alasan sekolah tersebut memiliki kelebihan dalam hal kedisiplinan.
# Sosok yang mampu menyimpan amanat. Saat menjabat sebagai Wakil Presiden dan mengetahui akan adanya pemotongan nilai mata uang (sanering) yang akan menurunkan nilai beli uang rupiah saat itu, beliau bersikukuh menyimpan rahasia tersebut dari keluarganya. Padahal beliau bisa saja mengambil keuntungan―sebelum dilakukan sanering―dengan membeli mata uang asing atau membeli barang sebanyak-banyaknya sebelum nilai uang turun.
# Pribadi yang sangat mencintai buku, sampai-sampai beliau membawa 16 peti besar berisi buku saat diasingkan di Boven Digul. Saat menikahi Ibu Rahmi Rachim pun beliau memberikan sebuah buku―karangannya sendiri―yang berjudul 'Alam Pikiran Yunani' sebagai maharnya.
Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.
Yang jelas masih banyak lagi hal menarik dari seorang Bung Hatta yang tidak mungkin aku tuliskan semuanya. Namun ada satu hal menarik lagi yang patut untuk diketahui, Bung Hatta merupakan seorang yang sangat terkenal dan dihormati di kalangan petinggi Belanda pada zamannya, sehingga namanya pun diabadikan menjadi sebuah nama jalan di kawasan Haarlem, Belanda.
Kini, kami merindukan sosok seperti Bung Hatta, sama seperti tahun-tahun sebelumnya sejak beliau meninggal pada 14 Maret 1980. Kami merindukan pemimpin sepertimu, Bung!
*tulisan ini untuk mengenang 109 tahun Bung Hatta.
Mohammad Hatta straat, Haarlem Netherlands (via: tumblr.com) |
*tulisan ini untuk mengenang 109 tahun Bung Hatta.