Percikan: Obat Penggugur
Sepasang anak manusia dalam mobil berwarna silver sibuk mencari sesuatu di kanan-kirinya, pada jalan yang mereka lalui. Perlahan-lahan mobil itu melewati jalanan sempit di pinggiran kota. Tiba-tiba si perempuan―sebut saja namanya Gadis―menyentuh paha lelaki di sampingnya dengan ujung jari-jarinya.
"Beb, Beb... Lihat deh yang ditempel di tembok itu," perempuan yang kira-kira berusia awal 20-an itu menunjuk pada sebuah kertas lusuh yang tertempel di tembok pinggir jalan.
"Yaelah, ini lo yang bunting kenapa jadi gue yang repot?! Lagian kenapa sih, bapaknya pake nggak mau tanggung jawab segala??! Dah siniin HP lo, biar gue telpon!"
Lelaki kurus di balik kemudi itu segera menghentikan mobil dan membuka setengah kaca jendelanya. Ia menaikkan kacamata hitamnya dan mengamati kertas-kertas yang tertempel tak beraturan.
"Sedot WC hubungi bla bla bla... Pasang pompa calling bla bla bla... Telat datang bulan sms/telpon bla bla..." si lelaki bergumam membaca salah satu kertas yang memang itulah yang sedang mereka cari-cari.
"Nah, itu kan yang lagi kita cari, Beb. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga, aku udah mulai frustasi nih setelah kemarin berbagai cara aku pakai. Mulai dari makan nanas, tidur tengkurap trus minta adek buat nginjak-nginjak punggung, dan apa lagi lah aku lupa..."
"That's right, Cyint, nggak nyangka deh, eike mau nemenin lo nyari kertas dekil kayak begituan. Kalo orang-orang pada tahu, ihh...mau ditaruh di mana ini muka gue..."
"Iya-iya, Beb. Maaf ya, aku ngerepotin kamu terus. Tapi aku akuin deh, kamu emang sahabatku yang paling baik."
"Ya iyalah! Eike gitu loch...! Udah deh, sekarang buruan lo telpon itu nomer, keburu orok yang ada di perut itu lahir."
"Aduhh, Beb. Kayaknya aku harus minta tolong kamu lagi deh. Aku nggak berani nih. Ya, Beb, ya. Pliss!"
"Yaelah, ini lo yang bunting kenapa jadi gue yang repot?! Lagian kenapa sih, bapaknya pake nggak mau tanggung jawab segala??! Dah siniin HP lo, biar gue telpon!"
***
Singkat cerita, telah dibuat kesepakatan antara Gadis serta sahabatnya dengan lelaki yang mengaku sebagai dokter kandungan tersebut. Di hari berikutnya, mereka janji bertemu di sebuah tempat untuk bertransaksi. Pil penggugur kandungan dan uang tunai 800 ribu.
"Beb, ntar kamu aja ya yang keluar dari mobil."
"Iya, gue juga udah ngerencanain gitu. Eh eh, itu kayaknya si pengedar obat haram deh."
"Bener, Beb. Ini dia telpon di HP-ku."
"Sini-sini, biar gue yang angkat."
Dua menit kemudian, sahabat Gadis itu keluar dari mobil, menuju sebuah kafe di ujung jalan.
"Halo, Bos! Wah, jadi elo yang pesen obat ini? Nggak nyangka penampilan lo kayak gitu tapi tokcer juga, ya?
"Maksud lo??!
"Lah, buktinya cewek lo bisa sampai hamil gitu. Apa donk namanya kalo bukan tokcer?! Hahahaha..."
"Heh, pengedar obat haram!! Jaga ya mulut lo, ini obat bukan buat cewek gue tapi buat sahabat gue. Dan perlu lo ingat, gue nggak doyan cewek! Paham??!"
"Seloow, Bos. Maaf deh kalo gue salah ngomong. Oke, sekarang mana duitnya, Bos? Kan perjanjiannya, ada duit ada barang."
"Iya iya, cerewet lo! Nih duitnya, itung dulu kalo nggak percaya."
"Sipp, Bos! Duitnya pas, ini obatnya ada 4 butir diminum 2 kali per harinya, siang dan sebelum tidur. Nanti gue hubungi sahabat lo itu buat ngasih petunjuk lengkapnya."
"Buseeeett! 800 rebong cuma dapat 4 butir? Udah sarap kali, lo?!
"Eits, jangan marah dulu, dalam kasus ini yang paling dibutuhkan khasiatnya, Bos. Jadi wajar kalo harganya mahal, tapi gue jamin khasiatnya akan sepadan dengan harganya."
"Gue simpen omongan lo, awas aja kalo nggak mempan dan temen gue malah kenapa-napa."
"Beres, Bos...."
Pertemuan yang tak sampai 30 menit itupun berakhir sudah, kemudian kedua lelaki itu meninggalkan kafe menuju mobil masing-masing.
Jegleg.
Lelaki dengan gerak tubuh gemulai itu membuka mobilnya.
"Gimana, Beb? Sukses? Mana obatnya?"
"Tanyanya satu-satu, napa??"
"Iya, maap deh..."
"Nih, eike dikasih 4 butir obat. Diminum 2 kali setiap harinya, siang dan sebelum tidur, dan katanya tadi orang itu mau telpon lo buat ngasih petunjuk lebih lanjut."
"Hah?! Yang bener aja cuma dapet 4 butir gini? Mahal amat..."
"Yah, namanya juga barang langka, Beb."
"Ya udah yuk, anterin aku pulang sekarang. Perutku mulai nggak enak lagi nih."
Mobil berwarna silver itupun berlalu, menembus sepinya jalanan kota.
Ndreeet ndreeett.
1 new message.
Dua hari berlalu, dan obat yang harus Gadis minum sudah habis. Ia merasa, tak ada efek besar yang ditimbulkan setelah menghabiskan kapsul-kapsul tersebut. Perutnya memang terasa melilit, di celana dalamnya juga ada bercak darah, hanya sedikit saja. Sesuatu yang diharapkannya terjadi ternyata tak kunjung tiba. Kapsul-kapsul yang diminumnya tak bereaksi maksimal.
Merasa tertipu, Gadis mengirim SMS ke penjualnya.
Ndreeet ndreeett.
obat kandungan calling.
"Ya, halo, Mas... gimana nih kok obatnya nggak bekerja sama sekali? Ganti rugi donk, Mas."
"Kalem, Mbak... kalem. Sekarang gue tanya, kandungan lo udah jalan berapa minggu?"
"Mmm... udah hampir 3 bulan."
"Nah itu tuh masalahnya, obat yang gue kasih kemarin hanya bisa bekerja untuk kandungan yang masih seumur jagung, di bawah 6 minggu, lha punya lo??"
"Kebanyakan alesan nih, Masnya... Kemarin nggak bilang gitu, situ cuma bilang, begitu obatnya habis, janin langsung gugur dalam bentuk gumpalan darah."
"Gue jelasin dulu, baru lo ngomong. Oke?! Jadi gini, obat kemarin itu kalo untuk kandungan yang udah lebih dari 6 minggu, memang nggak sekali habis langsung bekerja, jadi lo musti beli lagi biar efeknya maksimal."
"Nggak bisa gitu donk, Mas. Trus gimana ini?!"
"Sekarang keadaan udah darurat, lo nggak usah ngungkit-ungkit yang kemarin. Kalo mau janin lo gugur, sore ini gue tunggu di kafe yang kemarin. Oiya, lo nggak perlu bawa duit, cukup dandan yang cantik dan seksi aja. Lo bisa nemenin gue tidur, ntar gue kasih obatnya cuma-cuma."
Tut tut tut.
"Ihh... emang tu lekong kurang ajar ya. Berani-beraninya nipu kita. Pake nawar lo pula, emangnya lo perek??!"
"Sabar, Beb... sabar. Kita emang harus bikin perhitungan dengan dia, tapi nanti kalo udah ketemu orangnya, jangan kamu ngomel-ngomel dalam mobil gini, berisik tau!"
"Habisnya, lo dilecehin gitu masa' diem aja. Heran deh gue."
Sahabat Gadis yang satu itu memang benar-benar sahabat sejati. Ia rela melakukan apapun untuk Gadis, bahkan ketika Gadis mengalamai masalah yang teramat berat seperti yang sedang dialaminya.
Dengan dandanan layaknya perempuan, sahabat Gadis bertekad memberi pelajaran pada penjual obat penggugur kandungan yang telah melecehkan sahabatnya.
"Tunggu sini ya, Cyint..."
"Hati-hati, Beb... langsung lari aja kalo orang itu ngamuk."
Di dalam kafe, si dokter gadungan sudah duduk menunggu.
"Hei, dokter gadungan! Lo pengen tidur sama cewek, kan? Ayo sini gue temenin! Gratis!! Nggak perlu deh lo bayar pake obal palsu itu! Sini sini sini, Cyint...."
"Sialan! Apa-apaan lo?! Bukan lo yang gue minta datang ke sini, tapi temen lo, mana dia??"
"Ahh... jangan kebanyakan alasan deh, biasanya juga lo mau sama model kayak gue gini."
Tanpa diperintah, si dokter gadungan berlari meninggalkan kafe dengan ribuan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya.
"Hahahahahhaha.... makanya, jadi lekong jangan kurang ajar lo!!"
"Beb, ntar kamu aja ya yang keluar dari mobil."
"Iya, gue juga udah ngerencanain gitu. Eh eh, itu kayaknya si pengedar obat haram deh."
"Bener, Beb. Ini dia telpon di HP-ku."
"Sini-sini, biar gue yang angkat."
Dua menit kemudian, sahabat Gadis itu keluar dari mobil, menuju sebuah kafe di ujung jalan.
"Halo, Bos! Wah, jadi elo yang pesen obat ini? Nggak nyangka penampilan lo kayak gitu tapi tokcer juga, ya?
"Maksud lo??!
"Lah, buktinya cewek lo bisa sampai hamil gitu. Apa donk namanya kalo bukan tokcer?! Hahahaha..."
"Heh, pengedar obat haram!! Jaga ya mulut lo, ini obat bukan buat cewek gue tapi buat sahabat gue. Dan perlu lo ingat, gue nggak doyan cewek! Paham??!"
"Seloow, Bos. Maaf deh kalo gue salah ngomong. Oke, sekarang mana duitnya, Bos? Kan perjanjiannya, ada duit ada barang."
"Iya iya, cerewet lo! Nih duitnya, itung dulu kalo nggak percaya."
"Sipp, Bos! Duitnya pas, ini obatnya ada 4 butir diminum 2 kali per harinya, siang dan sebelum tidur. Nanti gue hubungi sahabat lo itu buat ngasih petunjuk lengkapnya."
"Buseeeett! 800 rebong cuma dapat 4 butir? Udah sarap kali, lo?!
"Eits, jangan marah dulu, dalam kasus ini yang paling dibutuhkan khasiatnya, Bos. Jadi wajar kalo harganya mahal, tapi gue jamin khasiatnya akan sepadan dengan harganya."
"Gue simpen omongan lo, awas aja kalo nggak mempan dan temen gue malah kenapa-napa."
"Beres, Bos...."
Pertemuan yang tak sampai 30 menit itupun berakhir sudah, kemudian kedua lelaki itu meninggalkan kafe menuju mobil masing-masing.
***
Jegleg.
Lelaki dengan gerak tubuh gemulai itu membuka mobilnya.
"Gimana, Beb? Sukses? Mana obatnya?"
"Tanyanya satu-satu, napa??"
"Iya, maap deh..."
"Nih, eike dikasih 4 butir obat. Diminum 2 kali setiap harinya, siang dan sebelum tidur, dan katanya tadi orang itu mau telpon lo buat ngasih petunjuk lebih lanjut."
"Hah?! Yang bener aja cuma dapet 4 butir gini? Mahal amat..."
"Yah, namanya juga barang langka, Beb."
"Ya udah yuk, anterin aku pulang sekarang. Perutku mulai nggak enak lagi nih."
Mobil berwarna silver itupun berlalu, menembus sepinya jalanan kota.
***
1 new message.
Hei, gue yang jual obat tadi nih. Sekarang udah jam 1 siang, saatnya lo minum kapsul yang gue kasih, yang warna ijo. Inget! Yang warna ijo, jangan sampai kliru yang kuning, kalo yang kuning buat malem. Good luck!
***
Dua hari berlalu, dan obat yang harus Gadis minum sudah habis. Ia merasa, tak ada efek besar yang ditimbulkan setelah menghabiskan kapsul-kapsul tersebut. Perutnya memang terasa melilit, di celana dalamnya juga ada bercak darah, hanya sedikit saja. Sesuatu yang diharapkannya terjadi ternyata tak kunjung tiba. Kapsul-kapsul yang diminumnya tak bereaksi maksimal.
Merasa tertipu, Gadis mengirim SMS ke penjualnya.
Mas, obatnya udah habis, tapi kok nggak ada reaksi yang berarti? Perutku masih tetep gendut. Wah, gimana nih? Masnya bohong ya??
Ndreeet ndreeett.
obat kandungan calling.
"Ya, halo, Mas... gimana nih kok obatnya nggak bekerja sama sekali? Ganti rugi donk, Mas."
"Kalem, Mbak... kalem. Sekarang gue tanya, kandungan lo udah jalan berapa minggu?"
"Mmm... udah hampir 3 bulan."
"Nah itu tuh masalahnya, obat yang gue kasih kemarin hanya bisa bekerja untuk kandungan yang masih seumur jagung, di bawah 6 minggu, lha punya lo??"
"Kebanyakan alesan nih, Masnya... Kemarin nggak bilang gitu, situ cuma bilang, begitu obatnya habis, janin langsung gugur dalam bentuk gumpalan darah."
"Gue jelasin dulu, baru lo ngomong. Oke?! Jadi gini, obat kemarin itu kalo untuk kandungan yang udah lebih dari 6 minggu, memang nggak sekali habis langsung bekerja, jadi lo musti beli lagi biar efeknya maksimal."
"Nggak bisa gitu donk, Mas. Trus gimana ini?!"
"Sekarang keadaan udah darurat, lo nggak usah ngungkit-ungkit yang kemarin. Kalo mau janin lo gugur, sore ini gue tunggu di kafe yang kemarin. Oiya, lo nggak perlu bawa duit, cukup dandan yang cantik dan seksi aja. Lo bisa nemenin gue tidur, ntar gue kasih obatnya cuma-cuma."
Tut tut tut.
***
"Ihh... emang tu lekong kurang ajar ya. Berani-beraninya nipu kita. Pake nawar lo pula, emangnya lo perek??!"
"Sabar, Beb... sabar. Kita emang harus bikin perhitungan dengan dia, tapi nanti kalo udah ketemu orangnya, jangan kamu ngomel-ngomel dalam mobil gini, berisik tau!"
"Habisnya, lo dilecehin gitu masa' diem aja. Heran deh gue."
Sahabat Gadis yang satu itu memang benar-benar sahabat sejati. Ia rela melakukan apapun untuk Gadis, bahkan ketika Gadis mengalamai masalah yang teramat berat seperti yang sedang dialaminya.
Dengan dandanan layaknya perempuan, sahabat Gadis bertekad memberi pelajaran pada penjual obat penggugur kandungan yang telah melecehkan sahabatnya.
"Tunggu sini ya, Cyint..."
"Hati-hati, Beb... langsung lari aja kalo orang itu ngamuk."
Di dalam kafe, si dokter gadungan sudah duduk menunggu.
"Hei, dokter gadungan! Lo pengen tidur sama cewek, kan? Ayo sini gue temenin! Gratis!! Nggak perlu deh lo bayar pake obal palsu itu! Sini sini sini, Cyint...."
"Sialan! Apa-apaan lo?! Bukan lo yang gue minta datang ke sini, tapi temen lo, mana dia??"
"Ahh... jangan kebanyakan alasan deh, biasanya juga lo mau sama model kayak gue gini."
Tanpa diperintah, si dokter gadungan berlari meninggalkan kafe dengan ribuan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya.
"Hahahahahhaha.... makanya, jadi lekong jangan kurang ajar lo!!"
***