Nyuwun Pangapunten, Mbah...
Rasanya aku jadi cucu yang durhaka banget. Sudah beberapa bulan ini nggak nengokin simbah di rumahnya. Sampai akhirnya, kemarin lusa malah simbah yang 'nengokin' aku. Padahal aku tahu kalau simbah ini habis sakit dan jatuh di kamar mandi, apalagi ia juga tinggal sendirian setelah simbah lanang meninggal. Dan padahal lagi, rumahku dengan rumah simbah ini ga jauh-jauh banget, kira-kira waktu tempuhnya 5 menit naik sepeda motor, nggak sampai 10 menit naik sepeda, nggak sampai 15 menit naik becak, dan nggak sampai 30 menit jalan kaki. Aku jadi makin merasa bersalah. Maafkan cucumu ini, Mbah...
simbahku 2 tahun lalu... |
Simbahku yang masih sugeng ya tinggal satu ini, entah berapa usianya, yang pasti lebih dari 80 tahun. Kalau kebanyakan orang Jawa memanggil simbahnya dengan sebutan simbah putri atau eyang putri, sejak kecil aku memanggil simbahku ini dengan sebutan simbah wedhok. Sebenarnya artinya sama saja, wedhok itu perempuan atau putri juga. Tapi penggunaannya jadi agak kurang sopan kalau untuk orang tua, namun menurutku justru hal tersebut lah yang membuat simbah dan cucu-cucunya begitu dekat.
Kemarin lusa aku baru sadar kalau simbah tak sekuat dulu lagi. Aku tersadar kalau ia terlihat begitu sepuh. Tapi percaya atau tidak, gigi-giginya masih ada meskipun rambutnya sudah memutih semua dan kulitnya sudah keriput. Teringat di masa kecil, aku sering ikut ia ke berbagai kondangan, mulai dari yang sederhana sampai mewah. Aku juga sering diajak simbah kemana-mana, mungkin akulah cucu tersayangnya.
Maafkan aku ya, Mbah, harusnya aku lebih memerhatikanmu, lebih sering menengokmu. Untukmu, kudoakan agar selalu sehat dan waras selalu... :')